Is it? — Just an "uneg-uneg".

Setelah sekian lama ngga pernah lagi “nyampah” di Multiply untuk bercerita atau sekedar berbagi tentang kehidupan pribadi gue yang sebenarnya ngga menarik-menarik amat ini, sore ini gue ngga tahan juga untuk ngga menumpahkan “brainwaste” gue kesini. Yah maafkanlah teman2 MP-ku, ternyata hobi menulis itu addictive dan susah sekali dihilangkan walau sudah saya coba, hehehe…

Jadi intinya adalah, sore ini setelah jam.5, jam dimana akhirnya webpage Facebook dikantor saya “dibuka” dari pem-blokiran pihak IT kantor (udah ngga esmosi jiwa kalo Facebook di blokir. Jujur gue lagi rada jenuh sama situs jejaring sosial maya yang satu itu), gue tergelitik dengan satu note dari (seharusnya sih) salah satu teman saya di FB. Dalam note itu dia mengutip salah satu kata-kata bijak dari temannya yang kurang lebih mengatakan bahwa dalam hubungan apapun yang personal – mau itu pertemanan atau hubungan cinta – berusahalah agar jangan ada dusta diantaranya. Jangan ada kebohongan, jangan ada kemarahan terpendam dan jangan ada yang disimpan-simpan.

Kagetnya, dia meminta maaf kepada segelintir orang yang dia anggap dekat di hatinya (atau mungkin ada juga yang pernah dekat dihatinya, I don’t know about that), yang jelas I’m not one of them coz she didn’t tag me, unlike others. Kenapa kaget? Jujur, gue salut. Salut se-salut-salutnya dia mau meminta maaf disaat dia mungkin sedang tidak berbuat salah. A big heart she has, I might say. But on the next few seconds, gue tiba-tiba merasa… Well, gue merasa… dia sedang menipu.

Frankly speaking, singkat cerita dalam beberapa waktu indah yang lalu gue pernah berada dalam satu payung dengan dia (dan tentunya segelintir orang lainnya). We ever had this close – if I have to say – relationship, bound by some kinda-like music organization. Unfortunately, karena satu dan lain hal yang akhirnya menyadarkan gue bahwa gue udah ngga bisa stay lagi di organisasi itu, maka gue pun memilih untuk cabut.

Oh, tolong teman-teman tekankan disini, cabut dalam artian gue cabut dari organisasi, bukan cabut dari jaringan pertemanan gue dengan mereka. Some could accept, some with sighing looks and some just remained unreadable (hayyah!). But yes, I have made my decision, final one. Nah dalam (kurang lebih bisa dibilang) surat resignation gue itu, gue mengatakan semua hal dengan jujur dan dengan kesadaran diri sepenuhnya. Bahwa gue udah ngga sanggup lagi berada disitu karena banyak hal lain yang lebih prioritas dalam hidup gue, karena ada beberapa bentrokan prinsip dalam budaya kerja sama-sama (bukan kerjasama ya) yang diterapkan dan beberapa hal lain. I told all the truths, bukan untuk menyakiti (walaupun kenyataannya mungkin ada yang sakit hati dengan kejujuran gue itu), tapi justru karena gue menganggap mereka adalah teman gue. Justru karena – tanpa embel-embel mengumbar kepada dunia persilatan – gue worship an honest friendship to the maximum limit.

Sadly, setelah kejadian itu, teman gue yang bikin note di FB ini secara ajaib “menghilang” dari kehidupan gue! Sekali gue tegor di YM ngga di bales, dua kali gw iseng ngomenin foto-fotonya masih juga ngga di tanggepin. Sampai terakhir gue secara ngga sengaja baca status-status satir dia di FB yang somehow nyolek gue sedikit walaupun isinya sangat abstrak dan ngga frontal.

Nah. Gue udah nanya ke beberapa teman gue yang lain mengenai perubahan sikap dia, dan mereka mencoba untuk menjawab senetral mungkin (which I appreciate it a lot). After that, I stopped questioning and wondering why. I closed the case with smile and thought that thank God I was not her bestfriend karena kita emang belum lama juga saling mengenal.

So, udah pada paham belum yang sebenarnya mau gue tumpahkan disini? (Lah, emang daritadi gue blom muntah-muntah ya? Udah sepanjang ini? Hihihihi…). Sebenarnya yang mau gue tumpahin disini adalah gue ngerasa nyesek dengan ide note-nya dia yang menyatakan bahwa dia tidak menyukai kebohongan dalam pertemanan, dimana justru pada kenyataannya beberapa waktu yang lalu dia terlihat sangat kecewa dengan pilihan gue hengkang dari organisasi dan (mungkin) merasa tersinggung dengan beberapa pernyataan dan alasan yang gue jabarkan secara jujur sampai gue memutuskan untuk hengkang.

See? She felt disappointed with me because of my honesty. HONESTY, ladies and gentlemen… The one word she was trying to yell on people on her latest note.

Pernahkah loe semua denger kata bijak, “Reality bites” atau “What else could truth offer besides biting reality?”. Yes, darling… kali ini justru gue merasa kecewa sama dia. Kecewa atas pengumbarannya tentang honesty worshiper sedangkan dia sendiri walked out begitu aja dari pertemanannya dengan gue hanya karena – dulu – gue berucap dan berujar jujur tentang perasaan gue karena – justru – gue menghargai dia sebagai seorang teman.

Yeah, teman… Sekarang satu kata itu yang gue pertanyakan bener-bener… 

Jadi menurut loe, in the name of friendship, teman itu ngga boleh memilih “jalur” yang berbeda, begitu? Apa loe menganggap gue sebagai pengkhianat karena gue walked out dari payung kita yang nyaman dan terkenal itu? Dan kejujuran hanya boleh diutarakan kalau dia tidak akan menyakitkan?

Well, then… Gue rasa dia harus melewati beberapa kali hari ulang tahun dulu baru bisa mengerti dengan dua quote yang gue sebutin diatas.

Cuma uneg-uneg, teman… Cuma uneg-uneg. Tadi gue ngerasa tergelitik, Alhamdulillah sekarang udah gue garukin yang tadi kerasa gatel.

Sekarang, let me go in peace… hehehe…

~ G ~

PS: Alhamdulillah ya Allah, Insya Allah my baby-to-be is a boy. 2,5 months more before the due. Wish me and my baby always ya, folks…

11 thoughts on “Is it? — Just an "uneg-uneg".

  1. Thanks Uthee… Iya nih harus foto2 lagi semua bumil dikantor habis itu gue edit-edit dikit lucu kali ya? hihihihi…

    Ngga apa2 OOT, kan yang ditanyain soal si Kriwil, jadi gue hepi2 aja :p

  2. mungkin selama dia ilang dan ga jawab2 YM itu dia lagi cari wangsit ke gunung Gede, trus makanya balik-balik langsung bikin note yang opposite dengan apa yg dia lakukan itu… ahahaha, just a thought…

    Well you walk at your own path in your own life, dan kalo dia masih ga terima dengan keputusanmu sebenernya yg paling terbeban adalah dia sendiri….

    btw reply gw paling nyambung ya … heheheh…

Leave a reply to Goddess Black Cancel reply